Langsung ke konten utama

METODE-METODE PEMBELAJARAN SKI



 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah merupakan pengetahuan mengenai kejadian kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan manusia di masa lampau dan ada kaitannya dengan keadaan masa kini. Sejarah juga merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan dan analisis atau peristiwa-peristiwa masa lampau.
Sejarah peradaban Islam diartikan sebagai perekembangan atau kemajuan kebudayaan Islam dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam. Dalam perspektif Islam, manusia sebagai pelaku sekaligus pembuat peradaban memiliki kedudukan dan peran inti. Kedudukan dan posisi manusia di kisahkan dalam Al Qur’an diantaranya: manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna dan paling utama Allah berfirman: Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.
Pada bab selanjutnya pemakalah akan membahas tentang metode mengajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) secara lebih rinci lagi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini meliputi :
A. Apa yang dimaksud dengan SKI ?
B. Apa pentingnya belajar SKI ?
C. Metode apa saja yang bisa dipakai dalam mengajar SKI ?
D. Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Penetapan Metode Yang Akan Digunakan dalam mengajar
C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah pada makalah ini meliputi :
A. Untuk mengetahui pengertian SKI ?
B. Untuk mengetahui pentingnya belajar SKI ?
C. Untuk mengetahui metode mengajar SKI ?
D. Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Penetapan Metode Yang Akan Digunakan dalam mengajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Jadi metode bisa juga berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pengertian sejarah secara etimologis berasal dari kata arab “syajarah” yang mempunyai arti “pohon kehidupan” dan yang kita kenal didalam bahasa ilmiyah yakni History, dan makna sehjarah mempunyai 2 konsep yaitu: pertama, konsep sejarah yang memberikan pemahaman akan arti objektif tentang masa lampau. Kedua, sejarah menunjukan maknanya yang subjektif, karena masa lampau tersebut telah menjadi sebuah kisah atau cerita.
Sejarah kebudayaan (peradaban) Islam diartikan sebagai perekembangan atau kemajuan kebudayaan Islam dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam mempunyai berbagai macam pengetian lain diantaranya: pertama, sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang di hasilkan dalam satu periode kekuasaan Islam mulai dari periode nabi Muhammad Saw sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang. Kedua, sejarah peradaban Islam merupakan hasil hasil yang dicapai oleh ummat Islam dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan kesenian. Ketiga, sejarah perdaban Islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup bermasyarakat.
Sedangkan SKI adalah singkatan dari Sejarah Kebudayaan Islam yang merupakan sebuah mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka metode pengajaran SKI merupakan cara-cara yang ditempuh oleh para guru dalam pelajaran SKI agar tujuan pelajaran SKI dapat tercapai.
B. Pentingnya pelajaran Tarikh atau SKI
Ada pribahasa yang mengatakan “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya”. Atas dasar itulah betapa kedudukan sejarah amat penting dalam suatu Negara dan agama. Selain itu nilai sejarah (history) menjadi salah satu pondasi dasar dalam pembentukan pendidikan di suatu Negara yang bertujuan untuk mengembang kan pendidikan secara optimal.
Jadi dapat disimpulkan betapa pentingnya pelajaran Tarikh dalam pendidikan formal untuk menciptakan dan membangun generasi yang meneladani perjuangan dan pencapaian para pahlawan islam dalam membela dan menyebarkan agama islam.
C. Metode Mengajar SKI
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat tergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Berbagai macam metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru terhadap semua mata pelajaran. Salah satunya adalah mata pelajaran SKI. Metode yang dapat digunakan dalam mata pelajaran SKI diantaranya adalah:
1. Metode Ceramah.
Metode ceramah ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah. Jadimelalui metode ceramah ini guru menceritakan/menyampaikan kejadian-kejadian masa lampau dan menjelaskan hikmah apa yang bisa diambil dari sejarah tersebut.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi yang ada dalam pelajaran SKI. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.
5. Metode Timeline (Garis Waktu)
Metode ini tergolong tepat untuk pembelajaran sejarah karena di dalamnya termuat kronologi terjadinya peristiwa. Dengan metode ini, peserta didik bisa melihat urutan kejadian dan akhirnya juga bisa menyimpulkan hukum-hukum seperti sebab akibat dan bahkan bisa meramalkan apa yang akan terjadi dengan bantuan penguasaan Timeline beserta rentetan peristiwanya.
Timeline dipakai untuk melihat perjalanan dan perkembangan satu kebudayaan oleh karena itu dia bisa dibuat panjang atau hanya sekedar periode tertentu. Timeline untuk sejarah kebudayaan Islam bisa dibuat mualai dari zaman Jahiliyah menjelang Islam. hadir sampai pada saat ini; timeline juga hanya bisa dibuat menggambarkan perjalanan peristiwa dalam satu kurun atau periode tertentu. Ini adalah metode survey sejarah yang sangat baik karena peserta didik akan melihat benang merah atau hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
Langkah-langkah:
a. Sampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dalam pembelajaran hari itu.
b. Tunjukkan pentingnya mempelajari sejarah melalui timeline.
c. Buat timeline dengan cara menarik garis lurus horizontal dan menuliskan waktu tertentu dan beberapa kejadian penting yang terjadi di dalamnya. Waktu berikutnya juga ditulis seperti cara titik waktu pertama dan begitu terus sampai pada waktu tertentu yang sesuai dengan materi pembelajaran. Berikut ini adalah dua contoh timeline yang dibuat dengan cara yang sedikit berbeda pada masa nabi sampai menjelang hijrah.
Timeline yang pertama ditulis dengan format satu tahun satu peristiwa penting.
Timeline yang kedua memungkinkan satu tahun memuat banyak peristiwa penting secara simultan
d. Jelaskan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada tahun-tahun tertentu dan menjelaskan hubungannya dari tahun ke tahun.
e. Adakan tanya jawab mengenai peristiwa-peristiwa dan hubungannya satu dengan yang lain.
f. Buat kesimpulan.
g. Minta peserta didik untuk membuat timeline yang berhubungan dengan mereka masing-masing mulai dari lahir sampai saat ini.
Pengembangan:
1. Guru bisa meminta peserta didik untuk mengisi tahun atau peristiwa-peristiwa sejarah dari format timeline yang disediakan. Hal ini sangat penting dipakai untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami peristiwa sejarah dan bagaimana mereka mengakaitkan satu peristiwa dengan lainnya.
2. Guru juga bisa meminta siswa membuat timeline untuk sejarah keluarga masing-masing, mulai dari pernikahan orang tua sampai waktu sekarang. Hal ini dimaksudkan untuk melatih ketrampilan berpikir sejarah yang kronologis. Di samping itu, peserta didik juga bisa menghargai sejarah keluarga dan dirinya.
6. Metode Concept Map (Peta Konsep)
Peta konsep adalah cara yang praktis untuk mendeskripsikan gagasan yang ada dalam benak. Nilai praktisnya terletak pada kelenturan dan kemudahan pembuatannya. Guru bisa memanfaatkan peta konsep untuk dijadikan sebagai metode penyampaian materi sejarah. Penyampaian materi dengan peta konsep akan memudahkan siswa untuk mengikuti dan memahami alur sejarah dan memahami secara menyeluruh. Peserta didik sendiri nantinya yang akan membuat kaitan antara satu konsep dengan lainnya. Peta konsep sangat tepat dipakai untuk
pembelajaran sejarah karena banyak konsep yang harus dikuasai oleh siswa untuk mengembangkan proses berpikir. Dengan peta konsep, peserta didik tidak akan mengingat dan menghafal materi sejarah secara verbatim, kata per-kata. Mereka punya kesempatan untuk membangun kata-kata mereka sendiri untuk menjelaskan hubungan satu konsep dengan lainnya. Di samping itu, Peta konsep bisa mengatasi hambatan verbal atau bahasa untuk menyampaikan gagasannya dan dalam saat yang sama bisa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
yang pada akhirnya akan mendorong kemampuan verbalnya, penggunaan kata-kata untuk menyampaikan gagasannya.
Terkadang istilah Peta Konsep (Concept Map) disejajarkan dengan Peta Pikiran (Mind Map). Keduanya memang mempunyai kesamaan dalam hal pembuatannya; keduanya menggunakan cara kerja pembuatan peta. Sedikit perbedaan yang bisa digaris bawahi adalah bahwa Peta Pikiran lebih cenderung dipakai untuk menyampaikan gagasan-gagasan ilmiah yang menjadi kesepakatan umum, sementara itu, Peta Pikiran lebih bersifat personal, yaitu untuk menggambarkan ide-ide atau segala yang ada dalam pikiran seseorang. Peta pikiran merupakan metode yang sangan bagus untuk mencurahkan gagasan.
Langkah-langkah:
a. Jelaskan tujuan pembelajaran dan sebutkan jenis kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
b. Kaitkan materi yang akan dipelajari dengan keadaan peserta didik dan tunjukkan pentingnya mempelajari materi sejarah ini untuk kehidupan mereka.
c. Tunjukkan pentingnya cara belajar dengan Peta Konsep dan berikan contoh-contohnya, artinya cukup tulisan setiap gagasan yang ada dalam pikiran ke dalam papan atau kertas. Minta semua peserta didik untuk menuliskan satu kata, konsep, gagasan, atau perasaan yang sekarang dirasakan. Dan tanyakan diakhir pelajar kenapa mereka menuliskannya dan diskusikan sebentar.
d. Buat sebuah gambar yang melambangkan topik utama sekaligus merupakan garis besar di tengah atau di atas kertas kalau hubungan antar konsepnya bersifat hirarkis, seperti silsilah keturunan. Setiap kali membuat gambar atau garis, jelaskan maksud dan hubungannya.
e. Buat garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung dari gambar di tengah kertas ke masing-masing cabang untuk setiap ide utama yang ada atau sebagai subjek. Cabang utama dalam
mind map melambangkan sub topik utama.
f. Beri nama pada setiap ide di atas atau boleh juga menambahkan gambar-gambar kecil mengenai masing-masing ide tersebut. Hal ini dilakukan untuk merangsang penggunaan kedua sisi otak.
g. Dari setiap ide yang ada, tarik garis penghubung lainnya, yang menyebar seperti cabang-cabang pohon. Kemudian tambahkan buah pikiran ke setiap ide tadi. Cabang-cabang tambahan ini melambangkan detail-detail yang ada.
h. Buat kelompok untuk mendiskusikan Peta Konsep yang dibuat guru dipapan tulis dan minta salah satu dari masing-masing kelompok menjelaskan atau membaca Peta Konsep itu dalam
kelompoknya secara bergantian.
Pengembangan:
1. Guru bisa meminta siswa untuk membuat peta konsep sendiri untuk mendeskripsikan silsilah keluarganya. Di pertemuan berikutnya, cara pembuatan konsep tersebut didiskusikan. Materi yang didiskusikan adalah bagaimana peserta didik bisa mengetahui silsilah keluarganya; siapa saja yang dijadikan sumbernya. Dengan cara pembelajaran seperti ini, peserta didik tidak hanya mengetahui dan menghafal sejarah orang lain tapi juga mereka bisa melakukan cara berpikir sejarah untuk menuliskan silsilah sejarahnya sendiri.
2. Guru juga bisa meminta siswa untuk membuat Peta Konsep dari beberapa materi yang dianggap dasar dan harus mereka kuasai.
7. Role Playing (Bermain Peran)
Bermain peran bisa berbentuk memerankan dialog tokoh-tokoh dalam sejarah atau memerankan diri atau kelompok sebagai ahli sejarah. Bentuk yang pertama bisa mengajak peserta didik untuk menjiwai karakter atau tokoh sejarah. Dengan cara ini, siswa merasakan dirinya sebagai aktor sejarah dan akan sangat berkesan bagi mereka. Dialog-dialog yang dipakai diusahakan untuk sederhana dengan tanpa meninggalkan gagasan-gagasan utamanya.
Langkah-langkah:
1. Susun/siapkan skenario beberapa hari minimal satu minggu sebelum tatap muka.
2. Tunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan pembelajaran.
3. Bentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 siswa atau sesuai dengan kebutuhan.
4. Beri penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
5. Panggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk memainkan skenario yang sudah dipersiapkan.
6. Minta masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7. Beri kertas kepada peserta didik sebagai audiens setelah selesai pementasan untuk membahas masalah yang diangkat.
8. Minta masing-masing masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
9. Berikan kesimpulan secara umum.
Pengembangan:
1. Setelah kegiatan bermain peran usai, guru bisa meminta peserta didik yang memainkan peran untuk merefleksikan apa yang mereka alami dan rasakan saat mempersiapkan dan memerankan
tokoh sejarah tersebut.
2. Bermain peran bisa dilaksanakan untuk kelas terbuka, terutama setelah melakukan banyak latihan dan peserta didik meras percaya diri untuk naik ke pentas memerankan dialog-dialog dan kejadian sejarah lainnya.
8. Active Knowledge Sharing (Aktif Berbagi Pengetahuan)
Ini adalah satu yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar dengan efektif dan melibatkan unsur afektif. Metode ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa di samping untuk membentuk kerja-sama kelompok.
Langkah-langkah:
1. Siapkan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Pertanyaan itu bisa menyangkut:
a. Definisi suatu istilah
b. Pertanyaan dalam bentuk Pilihan Ganda
c. Mengidentifikasi tokoh sejarah
d. Menanyakan sikap atau tindakan yang harus dilakukan
e. Melengkapi kalimat, dll.
2. Minta peserta didik untuk menjawab dengan sebaik-baiknya.
3. Minta peserta didik untuk mencari teman yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak diketahui. Tekankan pada mereka untuk saling membantu.
4. Minta peserta didik untuk kembali ke tempat duduk masingmasing.
5. Periksa jawaban siswa, klarifikasi kalau ada jawaban kurang tepat dan jawab pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
Pengembangan
Guru bisa mengkombinasi metode ini dengan Binggo, yaitu mengisi matrik atau kotak-kotak yang berupa informasi yang harus diisi oleh peserta didik. Mereka yang selesai mengisi semua
kotak tersebut bilang “Bingo”!
E. Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Penetapan Metode Yang Akan Digunakan dalam mengajar
Dalam menentukan metode pengajaran seorang guru tidak boleh gegabah dalam penetapan metode yang akan digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan yang hendak dicapai
Guru haruslah mengetahui dengan jelas tujuan yang hendak dicapainya, supaya metode dan media pendujungnya bias digunakan secara optimal dan maksimal.
2. Audiens (siswa)
Seorang guru hendaknya memperhatikan Audiens (siswa) terlebih dahulu sebelum menentukan metode yang akan digunakan, karna jumlah dan karakter siswa,sangat berpengaruh pada umpan balik dan tujuan yang diharapkan seorang guru.
3. Fasilitas
Fasilitas menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam penetapan metode pengajaran, namun harus kita ingat fasilitas disini tidak hanya berkutat kepada materi semata namun non materi seperti waktu yang diberikan untuk seorang guru dalam menyampaikan materinya.
4. keunggulan dan kelemahan metode tertentu
tidak ada satu metode yang dapat dikatakan lebih baik karena metode-metode yang ada bisa bersifat tidak efektif apabila tidak tercapainya tujuan yang diharapkan atas dasar itulah hendaknya guru memperhatikan beberapa fakto-faktor yang telah di jelaskan di atas


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun pentingnya belajar SKI yaitu untuk menciptakan dan membangun generasi yang meneladani perjuangan dan pencapaian para pahlawan islam dalam membela dan menyebarkan agama islam.
Dalam pembelajaran SKI ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: ceramah, demonstrasi, diskusi, tanya jawab, timeline, concept map, Role Playing (Bermain Peran), Active Knowledge Sharing (Aktif Berbagi Pengetahuan), dan sebagainya sesuai dengan materi apa yang ingin disampaikan ketika pelajaran SKI belangsung.
Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Dalam Penetapan Metode Yang Akan Digunakan dalam mengajar : Tujuan yang hendak dicapai, Audiens (siswa), Fasilitas, keunggulan dan kelemahan metode tertentu.
B. Saran
1. Seorang  guru  hendaknya  terampil  dan  dapat  menguasai  berbagai metode pembelajaran agar peserta didik lebih mudah memahami materi pembelajaran.
2. Seorang  guru  harus  selalu  aktif  melibatkan  peserta  didik  selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Seorang guru  harus  dapat memilih metode  dan  kreatif dalam  mencoba ide  baru  agar  proses pembelajaran  berhasil  dengan  baik  dan  tidak membosankan.


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir,Yogyakarta: PP. Al-Munawwir Krapyak, 1984.
Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab Indonesia Cet. VIII; Yogyakarta: Multikarya Grafika, 2003.
http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-metode.html Diakses Tanggal 01 Desember 2012, Pukul 17:07 WIB.
http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/04/sejarah-kebudayaan-Islam/ Diakses Tanggal 20 Desember 2011, Pukul 17:54 WIB.
Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam. Makassar: Yayasan Fatiya, 2002.
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam. Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Idris, M. M. (2008). Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Yogyakarta, Ar-Ruzmedia.
Marno & M. Idris. (2008). Strategi dan metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Jogyakarta,Ar-Ruzmedia.
Prawiradilaja, Dewi Salma. (2008). Prinsip Disain Pembelajaran: Instructional Design Principles. Jakarta, Kencana.
Sanjaya, W. (2003). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta, Kencana.
Silberman, Melvin L. (2000). Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Suject. Massachusetts, Ally and Bacon.
Yustisia, T. P. (2008). Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Yogyakarta, Pustaka Yustisia.
Zuhairini,dkk.Metodik Khusus Pendidikan Agama.(Malang:Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel ,1983).
Ramayulis.Metodologi Pengajaran Agama Islam.(Jakarta:Kalam Mulia,2001)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

OBJEK EVALUASI PENDIDIKAN

PE NGERTIAN OBJEK EVALUASI PENDIDIKAN Yang dimaksud dengan objek atau susunan evaluasi adalah hal-hal yang menjadi pusat perhatian untuk dievaluasi. Apapun yang ditentukan oleh evaluator atau penilai untuk dievaluasi, itulah yang disebut dengan objek evaluasi. Pada waktu evaluator ingin menilai berat badan siswa, maka yang menjadi obejk evaluasi adalah berat badan siswa, sedangkan angka yang menunujukkan berapa berat badan siswa dimaksud, misalnya 34 kilogram, 40 kilogram, dan sebagainya adalah hasil evalusai.jika evaluator ingin menilai keterampilan siswa   dalam menggunakan termometer, maka yang menjadi objek evaluasi adalah benar tidaknya   gerakan tangan siswa dalam memegang alat, bagaimana siswa meletakkan termometer dibadan anak yang diukur suhunya, kemampuan siswa untuk menentukan berapa lama termometer diletakkan dibagian badan, kemudian juga kemampuan siswa dalam membaca skala yang ada pada termometer, gambaran tentang benar-salahnya siswa menggunakan...

MATERIAL EVALUATION

MATERIAL EVALUATION ido setyawan 1211010083 LECTURER : Eva Nurchurifiani, M.Pd. THE STATE INSTITUTE OF ISLAMIC STUDIES RADEN INTAN LAMPUNG 2013-2014 FOREWORD Alhamdulillahirobbil’alamiin The authors would like extend their very gratitude to Allah SWT, the Almighty, for the unlimited   blessings bestowed upon them one of wich is their great chance to accomplish composing this papers. Who has given affection for the author for taking the time to complete this papers titled“From Syllabus Design to Curriculum Development”. It is highly expected that this papers might contribute to the betterment of English intruction in this institution. The authors are aware that this papers is still far from perfect. Therefore, the authors expect criticism and suggestions either in writing or orally. Bandar Lampung, ............. March 2014      The Authors CHAPTER   I BACKGROUND A. Introd...