Langsung ke konten utama

MAKALAH MANUSIA DAN OPTIMISME





BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak selamanya dalam keadaan stabil, manusia lebih membutuhkan kestabilan hidup karena kebahagian manusia terletak dalam jiwanya sendiri, untuk melepaskan diri dari derita hidup yang terus menerus maka diperlukan pikiran yang terbimbing dan benar. Disinilah kekuatan berfikir secara jelas terwujud dan menunjukkan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.
Dua unsur yang membantu menciptakan pemikiran yang harmonis adalah optimisme. Dengan optimisme cinta akan kebaikan akan tumbuh dalam diri manusia serta menumbuhkan pandangan baru dalam pandangannya tentang kehidupan. Optimisme merupakan salah satu kepribadian yang penting bagi seseorang. Optimisme membuat individu mengetahui apa yang diinginkan dan cepat mengubah diri agar mudah menyelesaikan masalahyang tengah dihadapi.
Optimis memberikan kemampuan pada manusia untuk melihat warna kehidupan menjadi lebih indah, karena ia memiliki kemampuan untuk mengamati semua hal dengan suatu sinar dan kekuatan baru. Sikap optimis haruslah menjadi bagian dari kehidupan manusia karena sikap optimis memiliki pengaruh langsung terhadap kebahagian individu dan optimisme tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia.










B.  Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai apa pengertian optimisme itu, bagaimana konsep optimisme, harapan dan cita-cita, juga apa saja yang termasuk komponen-komponen optimisme, bagaimana cara membangkitkan optimisme, dan apa saja faktor yang berpengaruh terhadap optimisme.


C.  Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar juga untuk menambah wawasan tentang manusia dan optimisme. Adapun aspek-aspeknya yaitu mengetahui pengertian optimime, mengetahui konsep optimisme harapan dan cita-cita, mengtahui apa saja komponen optimisme, mengetahui cara membangkitkan optimisme dan mengatahui apa saja faktor yang mempengaruhi optimisme.

BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pengertian Optimisme

Optimisme berasal dari akar kata optimis dan imbuhan isme (paham, aliran). Optimis artinya sikap pandangan hidup yang dalam segala hal dipandang kebaikannya saja. Adapun isme berarti paham. Jadi optimisme secara etimologi berarti suatu paham (sikap) pandangan hidup yang memandang segi-segi kehidupan dari segi kebaikannya.
Optimisme mengasumsikan mengenai harapan seseorang dalam  menghadapi kehidupan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa arti optimis adalah orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal.[1]
Adapun optimisme secara terminologi dapat dipahami dari defenisi yang diutarakan oleh para ahli sebagai berikut:
1.    James Drever dalam buku Kamus Psikologi :
Optimis adalah sikap pada bagian individu dalam menghadapi kehidupan atau kejadian-kejadian tertentu, yang cenderung, kadang-kadang sangat kuat untuk menduduki sisi yang penuh dengan harapan: sebuah filsafat hidup dan filsafat alam raya, dicirikan dengan pandangan bahwa “inilah yang terbaik dari semua dunia yang mungkin”.
2.     Lorens Bagus
Optimisme dalam pengertian psikologi merupakan sikap pikiran yang condong melihat segala sesuatu dari seginya yang baik (afirmasi) terhadap dunia, keterbukaan pada dunia.
3.    Segerestrom (1998) mengartikan optimisme adalah cara berfikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah.
4.    Lopez dan Snyder (2003)
Optimisme adalah suatu harapan yang ada pada individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju arah kebaikan.
5.    Sceir dan Carver
Optimisme dapat dipastikan membawa individu ke arah kebaikan kesehatan  kaarena adanya keinginan untuk tetap menjadi orang yang ingin menghasilkan sesuatu(produktif) dan ini tetap dijadikan tujuan untuk berhasil mencapai yang diinginkan. Sementara duffi dkk. (2002) berpendapat bahwa optimisme membuat individu mengetahui apa yang diinginkan. Individu tersebut dapat dengan cepat mengubah diri agar mudah menyelessaikan masalah yang tengah dihadapi sehingga diri tidak menjadi kosong. Individu yang optimis diibaratkan seperti gelas yang penuh, sedangkan individu yang pesimis sebagai gelas yang kosong yang tidak memiliki apa-apa di dalamnya. Orang pesimis kurang memiliki kepastian untuk memandang masa depan dan selalu hidup didalam ketidakpastian dan merasa hidup tidak berguna.
6.    Seligman (1991)
Optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh, melihat hal yang baik, berfikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri. Individu yang optimis mampu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang telah lalu, tidak takut pada kegagalan dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba kembali bika gagal. Optimisme mendorong individu untuk selalu berfikir bahwa sesuatu yang terjadi adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Hal ini yang membedakan dirinya dengan orang lain.
7.    Belsky(1999)
Optimisme adalah menemukan inspirasi baru. Kekuatan yang dapat diterapokan dalam semua askpek kehidupan sehingga mencapai keberhasilan. Optimisme membuat individu mempunyai energi tinggi, bekerja kerasa untuk melakukan hal  yang penting. Pemikiran optimisme memberi dukungan pada individu menuju hidup yang lebih berhasil dalam setiap aktifitas.
8.    Goleman (1996)
Beliau melihat optimisme melalui titik pandang kecerdasan emosional, yakni suatu pertahanan diri pada seseorang agar jangan sampai terjatuh ke dalam masa kebodohan, putus asa, dan depresi bila mendapat kesulitan. Dalam menerima kekecewaan, individu yang optimis cenderung menerima dengan respon aktif, tidak putus asa, merencanakan tindakan ke depan, mencari pertolongan dan melihat kegagalan sebagai suatu yang dapat diperbaiki.
Optimisme memiliki dua pengertian, Pertama,  optimisme adalah doktrin hidup yang mengajarkan kita untuk meyakini adanya kehidupan yang lebih baik. Kedua, optimisme berarti kecenderungan batin untuk merencanakan aksi untuk mencapai hasil yang lebih bagus dari sebelumnya.[2]
Optimisme merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menyenangkan. Optimisme dapat juga diartikan berpikir positif. Jadi optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berpikir.
Berdasarkan beberapa uraian definisi yang telah disebutkan, dapat kita simpulkan bahwa optimis berarti kita meyakini adanya kehidupan yang lebih baik atau pengharapan baik dan cara berfikir yang positif dan realistis seseorang dalam menghadapi kehidupan untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam kehidupannya.

B.    Konsep Optimisme harapan dan Cita-cita

1.      Cita-cita
Cita-cita itu adalah perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita sering diartikan sebagai agan-agan, keinginan, kemauan, niat. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena dengan adanya cita-cita menandakan kedinamikaan manusia.
Ada tiga kategori keadaan hati seseorang yaitu : keras, lunak dan lemah. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala kesulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati keras biasanya mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu. Karena itu biarpun lambat ia akan berhasil juga mencapai cita-citanya.
Orang yang lemah, mudah terpengaruh oleh situasi dan kandisi. Bila menghadapi kesulitan cepat-cepat berganti haluan, berganti keinginan.[3]

2.      Harapan
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi. Yang mempunyai harapan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Tuhanlah yang menentukan, manusia sekedar berusaha dan berdo’a.
Harapan artinya keinginan yang belum terwujud. Setiap orang mempunyai harapan. Tanpa harapan manusia tidak ada artinya. Abraham Maslow membedakan harapan menjadi lima macam yaitu:
1.      Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival),
2.      Harapan untuk memperoleh keamanan (safety),
3.      Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (beloving and love),
4.      Harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan,
5.      Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self actualization).
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.[4] Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung  pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi langit. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu : keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni ditengah suatu keluarga dan anggota masyarakat lainnya. Ada dua hal yang mendorong manusia hidup dalam pergaulan manusia lain yaitu dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Dan juga harapan dan cita-cita yang selalu meliputi kehidupan mereka.

C.  Komponen Optimisme

Komponen- komponen optimisme dapat kita lihat dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, yang kemudian diuraikan bahwa optimis merupakan cakupan dari komponen-komponen berikut ini:
1.      Optimisme merupakan suatu sikap, doktrin, keyakinan yang dimiliki oleh manusia terhadap segala hal yang dilalui dan akan dilalui manusia.
2.      Optimisme beranjak dari segi pikiran yang menyenangkan, baik, munculnya harapan kehidupan yang lebih bagus.
3.      Optimisme diaplikasikan dengan aksi yang tampak sebagai gambaran atau tanda bahwa seseorang memang optimis. Aksi ini dilakukan untuk meraih harapan yang ada dan tercapainya keinginan yang dituju dengan usaha yang maksimal. Namun apabila aksi ini tidak terlaksana atau dengan kata lain hanyalah sebuah ungkapan maka seseorang tidak dianggap orang yang optimis.
4.      Hal yang diharapkan adalah hal yang mungkin terjadi.
5.      Optimisme merupakan penantian harapan yang diserahkan kepada Allah SWT atau wujud dari orang yang bertawakkal.
Seligman (1991) seorang psikolog mendeskripsikan individu - individu yang memiliki sifat optimis akan terlihat pada aspek-aspek tertentu seperti dibawah ini :
1.      Permanent  adalah individu selalu menampilkan sikap hidup ke arah kematangan dan akan berubah sedikit saja dari biasanya dan ini tidak bersifat lama.
2.      Pervasive  artinya gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang lingkup, yang dibedakan menjadi spesifik dan universal.
3.      Personalization merupakan gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber penyebab dan dibedakan menjadi internal dan eksternal.[5]

D.  Cara Membangkitkan Optimisme

Ketika kita berpikir negatif terhadap orang lain ataupun terhadap situasi yang berat, yang akan timbul juga suatu yang negatif namun jika kita berfikir positif, sesuatu yang timbul pun akan positif. Tidak sulit untuk mengubah berfikir negatif dengan berfikir positif, namun membutuhkan waktu dan latihan untuk membuat kebiasaan baru ini. Berikut ini beberapa cara untuk lebih optimis dan memiliki pikiran dan sikap yang positif yaitu :
1.      Periksa diri anda
Ketika kita berpikir bahwa kita tidak akan bisa menikmati suatu peristiwa buruk atau tidak akan sukses melakukan suatu tugas, segeralah singkirkan pikiran itu, fokuslah pada hal positif yang akan dihasilkan. Lakukan pemeriksaan secara berulang, jika pemikiran negatif lebih banyak, maka segera alihkan pada fikiran positif.
2.      Ikuti gaya hidup sehat
Berolahraga rutin dapat mengubah suasana hati menjadi positif dan mengurangi stress. Pola makan yang sehat juga mempengaruhi pikiran dan tubuh, serta cobalah untuk mengelola stress.
3.      Meikmati Pekerjaan
Berupayalah menikmati pekerjaan kita, dan mencari aspek-aspek yang dapat menyenangkan hati.
4.      Cari teman yang positif
Mencari teman yang memandang kehidupan dengan positif, karena orang-orang yang demikian adalah orang yang optimis dan selalu mendukung anda dengan memberi anda saran yang baik.
5.      Hadapi dan terima
Hadapilah situasi yang dapat kita kendalikan dan berupayalah menerima situasi yang tidak dapat kita kendalikan.
6.       Miliki rasa humor
Cobalah untuk tersenyum dan tertawa khususnya pada saat menghadapi saat-saat yang sulit, carilah kegiatan yang mengundang tawa dalam kehidupan sehari-hari. Rasa humor yang baik membantu seseorang memiliki pikiran, emosi dan prilaku yang lebih positif.
7.      Catat hal baik
Setiap hari, catatlah 3 hal baik yang kita alami supaya kita dapat termotivasi untuk terus melakukan kebaikan.
8.       Aturan sederhana
Jangan katakan apapun pada diri kita, yaitu sesuatu yang tidak kita katakan kepada orang lain.[6]

E.  Faktor yang Berpengaruh Terhadap Optimisme
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap optimisme adalah kepercayaan. Kepercayaan berasal dari kata percaya artinya mengakui atau menyakini kebenaran. Kebenaran menurut  Poejawiyatna dalam bukunya etika dan tingkah laku, merupakan cita-cita orang yang tahu. Kebenaran ini bersifat logis. Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu:
a.       Kepercayaan pada diri sendiri
Percaya pada diri sendiri , mengnggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
b.      Kepercayaan kepada orang lain
Kepercayaan kepada arang lain itu sudah barang tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya.
c.       Kepercayaan kepada pemerintah
Menurut pandangan teokratis dalam buku etika filsafat tingkah laku Prof Ir Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhan adalah pemilik kedaulatan sejati, karena semua adalah ciptaan tuhan.
Menurut pandangan demokratis kedaulatan adalah dari rakyat. Menurut pandangan demokratis yang lain ialah tidak menyamakan rakyat dengan negara, tetapi rakyat menjadi sumber kedaulatan sepenuhnya, sumber kedaulatan danb segala hak (JJ Rouse).
d.      Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada tuhan yang maha esa itu amat penting, karena keberaadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan tali kuat yang dapat menhubungkan rasa manusia dengan tuhannya. Pengukuhan iman (kepercayaan), bahwanya dzat itu merupakan kebenaran mutlak. Perwujudannya terdapat dalam ikrar lisan yang dibenarkan dengan hati dan dilaksanakan dalam perbuatan (affirmation).[7]
Optimis adalah bagian dari keinginan untuk mewujudkan harapan, sebuah temuan mengungkap bahwa orang yang memiliki harapan optimis, umumnya memiliki kualitas di dalam diri yang antara lain:
a.       Fokus, selektif, dan memiliki sasaran yang jelas.
b.      Bisa menerima kanyataan hidup dengan kesadaran, tanpa banyak mengeluh.
c.       Memiliki keyakinan untuk bangkit.
d.      Punya perasaan diberkati rahmat Tuhan.
e.       Punya kemampuan untuk menikmati kehidupan.
f.       Punya kemampuan menggunakan akal sehat dalam menghadapi tantangan hidup.
g.      Punya kemampuan untuk memperbaiki diri secara terus menerus.
h.      Punya penghayatan yang baik terhadap kehidupan yang dijalani sehingga bisa membedakan yang salah dan yang benar, yang tepat dan yang menyimpang.
i.        Percaya pada kemampuannya.
j.        Memiliki perasaan yang baik terhadap dirinya.[8]


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa optimis berarti kita meyakini adanya kehidupan yang lebih baik atau pengharapan baik dan cara berfikir yang positif dan realistis seseorang dalam menghadapi kehidupan untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam kehidupannya.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung  pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu : keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
Komponen yang sangat penting dalam optimisme berupa permanent, pervasive, dan personalization. Bila kita termasuk orang yang selalu berfikir negatif dan ingin merubah pola pikir menjadi positif adapun cara untuk membangkitkan optimisme dapat dilakukan dengan beberapa cara : periksa diri anda, ikuti gaya hidup sehat, nikmati Pekerjaan, cari teman yang positif, hadapi dan terima, miliki rasa humor, catat hal baik, dan aturan sederhana.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi optimisme yaitu : fokus, selektif, dan memiliki sasaran yang jelas; bisa menerima kanyataan hidup dengan kesadaran, tanpa banyak mengeluh; memiliki keyakinan untuk bangkit; punya perasaan diberkati rahmat Tuhan; punya kemampuan untuk menikmati kehidupan; punya kemampuan menggunakan akal sehat dalam menghadapi tantangan hidup; punya kemampuan untuk memperbaiki diri secara terus menerus; punya penghayatan yang baik terhadap kehidupan yang dijalani sehingga bisa membedakan yang salah dan yang benar, yang tepat dan yang menyimpang; percaya pada kemampuannya; serta memiliki perasaan yang baik terhadap dirinya.

 DAFTAR PUSTAKA
  
Widagdho, Djoko. dkk. 1994. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawati S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar- Ruaa Media.
Sujarwa. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta : Purtaka Pelajar.
Karno Raditya, Optimis Boleh, Tapi Jangan Takabur, (Online), Tersedia: http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Optimis+Boleh,+Tapi+Jangan+Takabur!&dn=20090626164543. (diakses jam 11.00 hari sabtu, 5 maret 2012)
Kumpulan Info Artikel Kesehatan, Sikap Optimisme Dapat Meningkatkan Kesehatan,  (Online), Tersedia : http://Kumpulan.Info/Sehat/Artikel-Kesehatan/48-Artikel-Kesehatan/226-Berpikir-Positif-Dapat-Meningkatkan-Kesehatan. (diakses jam 11.15 hari sabtu,05 Maret 2012)
Hepcore, Optimis Kunci Meraih Sukses, (Online), Tersedia: http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1958526-optimis-kunci-meraih-sukses/. (Diakses jam 11.30 hari Sabtu, 05 Maret 2012).


[1] Karno Raditya, Optimis Boleh, Tapi Jangan Takabur, (Online), Tersedia: http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Optimis+Boleh,+Tapi+Jangan+Takabur!&dn=20090626164543. (diakses jam 11.00 hari sabtu, 5 maret 2012)
[2]Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawati S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar- Ruaa Media. Hal. 96-97
[3] Widagdho. Djoko. 1994. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 126
[4] Djoko Widagdho, dkk. 1999. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara. Hal 186-187
[5] Ibid. Hal. 98
[6] Kumpulan Info Artikel Kesehatan, Sikap Optimisme Dapat Meningkatkan Kesehatan,  (Online), Tersedia : http://Kumpulan.Info/Sehat/Artikel-Kesehatan/48-Artikel-Kesehatan/226-Berpikir-Positif-Dapat-Meningkatkan-Kesehatan. (diakses jam 11.15 hari sabtu,05 Maret 2012)
[7] Ibid. Hal. 192
[8] Hepcore, Optimis Kunci Meraih Sukses, (Online), Tersedia: http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1958526-optimis-kunci-meraih-sukses/. (Diakses jam 11.30 hari Sabtu, 05 Maret 2012).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

METODE-METODE PEMBELAJARAN SKI

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan pengetahuan mengenai kejadian kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan manusia di masa lampau dan ada kaitannya dengan keadaan masa kini. Sejarah juga merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui penyelidikan dan analisis atau peristiwa-peristiwa masa lampau. Sejarah peradaban Islam diartikan sebagai perekembangan atau kemajuan kebudayaan Islam dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam. Dalam perspektif Islam, manusia sebagai pelaku sekaligus pembuat peradaban memiliki kedudukan dan peran inti. Kedudukan dan posisi manusia di kisahkan dalam Al Qur’an diantaranya: manusia adalah ciptaan Allah yang paling sempurna dan paling utama Allah berfirman: Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang S...

MATERIAL EVALUATION

MATERIAL EVALUATION ido setyawan 1211010083 LECTURER : Eva Nurchurifiani, M.Pd. THE STATE INSTITUTE OF ISLAMIC STUDIES RADEN INTAN LAMPUNG 2013-2014 FOREWORD Alhamdulillahirobbil’alamiin The authors would like extend their very gratitude to Allah SWT, the Almighty, for the unlimited   blessings bestowed upon them one of wich is their great chance to accomplish composing this papers. Who has given affection for the author for taking the time to complete this papers titled“From Syllabus Design to Curriculum Development”. It is highly expected that this papers might contribute to the betterment of English intruction in this institution. The authors are aware that this papers is still far from perfect. Therefore, the authors expect criticism and suggestions either in writing or orally. Bandar Lampung, ............. March 2014      The Authors CHAPTER   I BACKGROUND A. Introd...

OBJEK EVALUASI PENDIDIKAN

PE NGERTIAN OBJEK EVALUASI PENDIDIKAN Yang dimaksud dengan objek atau susunan evaluasi adalah hal-hal yang menjadi pusat perhatian untuk dievaluasi. Apapun yang ditentukan oleh evaluator atau penilai untuk dievaluasi, itulah yang disebut dengan objek evaluasi. Pada waktu evaluator ingin menilai berat badan siswa, maka yang menjadi obejk evaluasi adalah berat badan siswa, sedangkan angka yang menunujukkan berapa berat badan siswa dimaksud, misalnya 34 kilogram, 40 kilogram, dan sebagainya adalah hasil evalusai.jika evaluator ingin menilai keterampilan siswa   dalam menggunakan termometer, maka yang menjadi objek evaluasi adalah benar tidaknya   gerakan tangan siswa dalam memegang alat, bagaimana siswa meletakkan termometer dibadan anak yang diukur suhunya, kemampuan siswa untuk menentukan berapa lama termometer diletakkan dibagian badan, kemudian juga kemampuan siswa dalam membaca skala yang ada pada termometer, gambaran tentang benar-salahnya siswa menggunakan...