BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kehidupan manusia tidak selamanya
dalam keadaan stabil, manusia lebih membutuhkan kestabilan hidup karena
kebahagian manusia terletak dalam jiwanya sendiri, untuk melepaskan diri dari derita
hidup yang terus menerus maka diperlukan pikiran yang terbimbing dan benar.
Disinilah kekuatan berfikir secara jelas terwujud dan menunjukkan pengaruhnya
terhadap kehidupan manusia.
Dua unsur yang membantu menciptakan
pemikiran yang harmonis adalah optimisme. Dengan optimisme cinta akan kebaikan
akan tumbuh dalam diri manusia serta menumbuhkan pandangan baru dalam
pandangannya tentang kehidupan. Optimisme merupakan salah satu kepribadian yang
penting bagi seseorang. Optimisme membuat individu mengetahui apa yang
diinginkan dan cepat mengubah diri agar mudah menyelesaikan masalahyang tengah
dihadapi.
Optimis memberikan kemampuan pada
manusia untuk melihat warna kehidupan menjadi lebih indah, karena ia memiliki
kemampuan untuk mengamati semua hal dengan suatu sinar dan kekuatan baru. Sikap
optimis haruslah menjadi bagian dari kehidupan manusia karena sikap optimis
memiliki pengaruh langsung terhadap kebahagian individu dan optimisme tidak
akan pernah terlepas dari kehidupan manusia.
B. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai apa pengertian optimisme itu, bagaimana konsep optimisme, harapan dan
cita-cita, juga apa saja yang termasuk komponen-komponen optimisme, bagaimana
cara membangkitkan optimisme, dan apa saja faktor yang berpengaruh terhadap
optimisme.
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar juga untuk menambah wawasan
tentang manusia dan optimisme. Adapun aspek-aspeknya yaitu mengetahui
pengertian optimime, mengetahui konsep optimisme harapan dan cita-cita,
mengtahui apa saja komponen optimisme, mengetahui cara membangkitkan optimisme
dan mengatahui apa saja faktor yang mempengaruhi optimisme.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Optimisme
Optimisme berasal dari akar kata optimis dan imbuhan
isme (paham, aliran). Optimis artinya sikap pandangan hidup yang dalam
segala hal dipandang kebaikannya saja. Adapun isme
berarti paham. Jadi optimisme secara etimologi berarti suatu paham (sikap)
pandangan hidup yang memandang segi-segi kehidupan dari segi kebaikannya.
Optimisme
mengasumsikan mengenai harapan seseorang dalam menghadapi kehidupan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa arti optimis adalah
orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala
hal.[1]
Adapun optimisme secara terminologi dapat dipahami dari
defenisi yang diutarakan oleh para ahli sebagai berikut:
1. James Drever
dalam buku Kamus Psikologi :
Optimis
adalah sikap pada bagian individu dalam menghadapi kehidupan atau
kejadian-kejadian tertentu, yang cenderung, kadang-kadang sangat kuat untuk
menduduki sisi yang penuh dengan harapan: sebuah filsafat hidup dan filsafat
alam raya, dicirikan dengan pandangan bahwa “inilah yang terbaik dari semua
dunia yang mungkin”.
2. Lorens
Bagus
Optimisme
dalam pengertian psikologi merupakan sikap pikiran yang condong melihat segala
sesuatu dari seginya yang baik (afirmasi) terhadap dunia, keterbukaan pada
dunia.
3. Segerestrom (1998) mengartikan optimisme adalah cara
berfikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah.
4. Lopez dan
Snyder (2003)
Optimisme
adalah suatu harapan yang ada pada individu bahwa segala sesuatu akan berjalan
menuju arah kebaikan.
5. Sceir dan Carver
Optimisme
dapat dipastikan membawa individu ke arah kebaikan kesehatan kaarena
adanya keinginan untuk tetap menjadi orang yang ingin menghasilkan
sesuatu(produktif) dan ini tetap dijadikan tujuan untuk berhasil mencapai yang
diinginkan. Sementara duffi dkk. (2002) berpendapat bahwa optimisme membuat
individu mengetahui apa yang diinginkan. Individu tersebut dapat dengan cepat
mengubah diri agar mudah menyelessaikan masalah yang tengah dihadapi sehingga
diri tidak menjadi kosong. Individu yang optimis diibaratkan seperti gelas yang
penuh, sedangkan individu yang pesimis sebagai gelas yang kosong yang tidak
memiliki apa-apa di dalamnya. Orang pesimis kurang memiliki kepastian untuk
memandang masa depan dan selalu hidup didalam ketidakpastian dan merasa hidup
tidak berguna.
6. Seligman (1991)
Optimisme
adalah suatu pandangan secara menyeluruh, melihat hal yang baik, berfikir
positif, dan mudah memberikan makna bagi diri. Individu yang optimis mampu
menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari yang telah lalu, tidak takut pada
kegagalan dan berusaha untuk tetap bangkit mencoba kembali bika gagal.
Optimisme mendorong individu untuk selalu berfikir bahwa sesuatu yang terjadi
adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Hal ini yang membedakan dirinya dengan
orang lain.
7. Belsky(1999)
Optimisme
adalah menemukan inspirasi baru. Kekuatan yang dapat diterapokan dalam semua
askpek kehidupan sehingga mencapai keberhasilan. Optimisme membuat individu
mempunyai energi tinggi, bekerja kerasa untuk melakukan hal yang penting.
Pemikiran optimisme memberi dukungan pada individu menuju hidup yang lebih
berhasil dalam setiap aktifitas.
8. Goleman (1996)
Beliau
melihat optimisme melalui titik pandang kecerdasan emosional, yakni suatu
pertahanan diri pada seseorang agar jangan sampai terjatuh ke dalam masa
kebodohan, putus asa, dan depresi bila mendapat kesulitan. Dalam menerima
kekecewaan, individu yang optimis cenderung menerima dengan respon aktif, tidak
putus asa, merencanakan tindakan ke depan, mencari pertolongan dan melihat
kegagalan sebagai suatu yang dapat diperbaiki.
Optimisme
memiliki dua pengertian, Pertama, optimisme adalah doktrin hidup yang
mengajarkan kita untuk meyakini adanya kehidupan yang lebih baik. Kedua,
optimisme berarti kecenderungan batin untuk merencanakan aksi untuk mencapai
hasil yang lebih bagus dari sebelumnya.[2]
Optimisme merupakan sikap selalu mempunyai harapan
baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang
menyenangkan. Optimisme dapat juga diartikan berpikir positif. Jadi optimisme
lebih merupakan paradigma atau cara berpikir.
Berdasarkan beberapa uraian definisi yang telah
disebutkan, dapat kita simpulkan bahwa optimis berarti kita meyakini
adanya kehidupan yang lebih baik atau pengharapan baik dan cara berfikir yang
positif dan realistis seseorang dalam menghadapi kehidupan untuk mencapai hasil
yang lebih baik dalam kehidupannya.
B. Konsep Optimisme harapan dan
Cita-cita
1. Cita-cita
Cita-cita
itu adalah perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati.
Cita-cita sering diartikan sebagai agan-agan, keinginan, kemauan, niat.
Cita-cita itu penting bagi manusia, karena dengan adanya cita-cita menandakan
kedinamikaan manusia.
Ada tiga
kategori keadaan hati seseorang yaitu : keras, lunak dan lemah. Orang yang
berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tidak
menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala kesulitan yang dihadapinya. Orang
yang berhati keras biasanya mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
Orang yang
berhati lunak dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu. Karena itu
biarpun lambat ia akan berhasil juga mencapai cita-citanya.
Orang yang
lemah, mudah terpengaruh oleh situasi dan kandisi. Bila menghadapi kesulitan
cepat-cepat berganti haluan, berganti keinginan.[3]
2. Harapan
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan
supaya sesuatu terjadi. Yang mempunyai harapan itu hati. Putus harapan berarti
putus asa. Tuhanlah yang menentukan, manusia sekedar berusaha dan berdo’a.
Harapan artinya keinginan yang belum terwujud. Setiap
orang mempunyai harapan. Tanpa harapan manusia tidak ada artinya. Abraham
Maslow membedakan harapan menjadi lima macam yaitu:
1. Harapan
untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival),
2. Harapan
untuk memperoleh keamanan (safety),
3. Harapan
untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (beloving and
love),
4. Harapan
untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan,
5. Harapan
untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self actualization).
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa
harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal
sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan
masing-masing.[4] Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung
pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan,
baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Bila
dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu
muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi langit. Antara harapan
dan cita-cita terdapat persamaan yaitu : keduanya menyangkut masa depan karena
belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan
hal yang lebih baik atau meningkat.
Menurut
kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung
disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni ditengah suatu keluarga dan anggota
masyarakat lainnya. Ada dua hal yang mendorong manusia hidup dalam pergaulan
manusia lain yaitu dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Dan juga
harapan dan cita-cita yang selalu meliputi kehidupan mereka.
C. Komponen
Optimisme
Komponen-
komponen optimisme dapat kita lihat dari beberapa definisi yang
dikemukakan oleh para ahli, yang kemudian diuraikan bahwa optimis merupakan cakupan dari
komponen-komponen berikut ini:
1. Optimisme merupakan suatu sikap, doktrin, keyakinan yang
dimiliki oleh manusia terhadap segala hal yang dilalui dan akan dilalui
manusia.
2. Optimisme
beranjak dari segi pikiran yang menyenangkan, baik, munculnya harapan kehidupan
yang lebih bagus.
3. Optimisme
diaplikasikan dengan aksi yang tampak sebagai gambaran atau tanda bahwa
seseorang memang optimis. Aksi ini dilakukan untuk meraih harapan yang ada dan
tercapainya keinginan yang dituju dengan usaha yang maksimal. Namun apabila aksi
ini tidak terlaksana atau dengan kata lain hanyalah sebuah ungkapan maka
seseorang tidak dianggap orang yang optimis.
4. Hal yang
diharapkan adalah hal yang mungkin terjadi.
5. Optimisme
merupakan penantian harapan yang diserahkan kepada Allah SWT atau wujud dari
orang yang bertawakkal.
Seligman
(1991) seorang psikolog mendeskripsikan individu - individu yang memiliki sifat
optimis akan terlihat pada aspek-aspek tertentu seperti dibawah ini :
1. Permanent adalah individu selalu menampilkan sikap hidup
ke arah kematangan dan akan berubah sedikit saja dari biasanya dan ini tidak
bersifat lama.
2. Pervasive artinya gaya penjelasan yang berkaitan dengan
dimensi ruang lingkup, yang dibedakan menjadi spesifik dan universal.
3. Personalization merupakan gaya penjelasan yang berkaitan dengan sumber
penyebab dan dibedakan menjadi internal dan eksternal.[5]
D. Cara
Membangkitkan Optimisme
Ketika kita berpikir negatif
terhadap orang lain ataupun terhadap situasi yang berat, yang akan timbul juga
suatu yang negatif namun jika kita berfikir positif, sesuatu yang timbul pun
akan positif. Tidak sulit untuk mengubah berfikir negatif dengan berfikir
positif, namun membutuhkan waktu dan latihan untuk membuat kebiasaan baru ini.
Berikut ini beberapa cara untuk lebih optimis dan memiliki pikiran dan sikap
yang positif yaitu :
1.
Periksa diri
anda
Ketika kita berpikir bahwa kita
tidak akan bisa menikmati suatu peristiwa buruk atau tidak akan sukses
melakukan suatu tugas, segeralah singkirkan pikiran itu, fokuslah pada hal
positif yang akan dihasilkan. Lakukan pemeriksaan secara berulang, jika
pemikiran negatif lebih banyak, maka segera alihkan pada fikiran positif.
2.
Ikuti gaya
hidup sehat
Berolahraga rutin dapat mengubah
suasana hati menjadi positif dan mengurangi stress. Pola makan yang sehat juga
mempengaruhi pikiran dan tubuh, serta cobalah untuk mengelola stress.
3.
Meikmati
Pekerjaan
Berupayalah menikmati pekerjaan
kita, dan mencari aspek-aspek yang dapat menyenangkan hati.
4.
Cari teman
yang positif
Mencari teman yang memandang
kehidupan dengan positif, karena orang-orang yang demikian adalah orang yang
optimis dan selalu mendukung anda dengan memberi anda saran yang baik.
5.
Hadapi dan
terima
Hadapilah situasi yang dapat kita
kendalikan dan berupayalah menerima situasi yang tidak dapat kita kendalikan.
6.
Miliki
rasa humor
Cobalah untuk tersenyum dan tertawa
khususnya pada saat menghadapi saat-saat yang sulit, carilah kegiatan yang
mengundang tawa dalam kehidupan sehari-hari. Rasa humor yang baik membantu
seseorang memiliki pikiran, emosi dan prilaku yang lebih positif.
7.
Catat hal
baik
Setiap hari, catatlah 3 hal baik
yang kita alami supaya kita dapat termotivasi untuk terus melakukan kebaikan.
8.
Aturan
sederhana
Jangan katakan apapun pada diri
kita, yaitu sesuatu yang tidak kita katakan kepada orang lain.[6]
E. Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Optimisme
Salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap optimisme adalah kepercayaan. Kepercayaan
berasal dari kata percaya artinya mengakui atau menyakini kebenaran. Kebenaran
menurut Poejawiyatna dalam bukunya etika dan tingkah laku, merupakan
cita-cita orang yang tahu. Kebenaran ini bersifat logis. Dasar kepercayaan
adalah kebenaran. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu:
a.
Kepercayaan
pada diri sendiri
Percaya pada diri sendiri ,
mengnggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang
diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
b.
Kepercayaan
kepada orang lain
Kepercayaan kepada arang lain itu
sudah barang tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan
kata hati, atau terhadap kebenarannya.
c.
Kepercayaan
kepada pemerintah
Menurut pandangan teokratis dalam
buku etika filsafat tingkah laku Prof Ir Poedjawiyatna, negara itu berasal dari
Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau
setidak-tidaknya Tuhan adalah pemilik kedaulatan sejati, karena semua adalah
ciptaan tuhan.
Menurut pandangan demokratis
kedaulatan adalah dari rakyat. Menurut pandangan demokratis yang lain ialah
tidak menyamakan rakyat dengan negara, tetapi rakyat menjadi sumber kedaulatan
sepenuhnya, sumber kedaulatan danb segala hak (JJ Rouse).
d.
Kepercayaan
kepada Tuhan
Kepercayaan kepada tuhan yang maha
esa itu amat penting, karena keberaadaan manusia itu bukan dengan sendirinya,
tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan
tali kuat yang dapat menhubungkan rasa manusia dengan tuhannya. Pengukuhan iman
(kepercayaan), bahwanya dzat itu merupakan kebenaran mutlak. Perwujudannya
terdapat dalam ikrar lisan yang dibenarkan dengan hati dan dilaksanakan dalam
perbuatan (affirmation).[7]
Optimis adalah
bagian dari keinginan untuk mewujudkan harapan, sebuah temuan mengungkap bahwa
orang yang memiliki harapan optimis, umumnya memiliki kualitas di dalam diri
yang antara lain:
a.
Fokus,
selektif, dan memiliki sasaran yang jelas.
b.
Bisa
menerima kanyataan hidup dengan kesadaran, tanpa banyak mengeluh.
c.
Memiliki
keyakinan untuk bangkit.
d.
Punya
perasaan diberkati rahmat Tuhan.
e.
Punya
kemampuan untuk menikmati kehidupan.
f.
Punya
kemampuan menggunakan akal sehat dalam menghadapi tantangan hidup.
g.
Punya
kemampuan untuk memperbaiki diri secara terus menerus.
h.
Punya
penghayatan yang baik terhadap kehidupan yang dijalani sehingga bisa membedakan
yang salah dan yang benar, yang tepat dan yang menyimpang.
i.
Percaya pada
kemampuannya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa optimis berarti kita
meyakini adanya kehidupan yang lebih baik atau pengharapan baik dan cara
berfikir yang positif dan realistis seseorang dalam menghadapi kehidupan untuk
mencapai hasil yang lebih baik dalam kehidupannya.
Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan,
pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau
tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai
harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri
sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa. Agar harapan terwujud,
maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Bila dibandingkan dengan cita-cita,
maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita
pada umumnya perlu setinggi. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan
yaitu : keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya
dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau
meningkat.
Komponen yang sangat penting dalam
optimisme berupa permanent, pervasive, dan personalization. Bila kita termasuk
orang yang selalu berfikir negatif dan ingin merubah pola pikir menjadi positif
adapun cara untuk membangkitkan optimisme dapat dilakukan dengan beberapa cara
: periksa diri anda, ikuti gaya hidup sehat, nikmati Pekerjaan, cari teman yang
positif, hadapi dan terima, miliki rasa humor, catat hal baik, dan aturan
sederhana.
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi optimisme yaitu : fokus, selektif, dan memiliki sasaran yang
jelas; bisa menerima kanyataan hidup dengan kesadaran, tanpa banyak mengeluh;
memiliki keyakinan untuk bangkit; punya perasaan diberkati rahmat Tuhan; punya
kemampuan untuk menikmati kehidupan; punya kemampuan menggunakan akal sehat
dalam menghadapi tantangan hidup; punya kemampuan untuk memperbaiki diri secara
terus menerus; punya penghayatan yang baik terhadap kehidupan yang dijalani
sehingga bisa membedakan yang salah dan yang benar, yang tepat dan yang
menyimpang; percaya pada kemampuannya; serta memiliki perasaan yang baik
terhadap dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Widagdho,
Djoko. dkk. 1994. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Ghufron, M.
Nur dan Rini Risnawati S. 2010. Teori-Teori Psikologi.
Yogyakarta: Ar- Ruaa Media.
Sujarwa.
2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta : Purtaka Pelajar.
Karno Raditya, Optimis Boleh, Tapi Jangan Takabur,
(Online), Tersedia: http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Optimis+Boleh,+Tapi+Jangan+Takabur!&dn=20090626164543. (diakses jam 11.00 hari sabtu, 5 maret 2012)
Kumpulan Info Artikel Kesehatan,
Sikap Optimisme Dapat Meningkatkan Kesehatan, (Online), Tersedia :
http://Kumpulan.Info/Sehat/Artikel-Kesehatan/48-Artikel-Kesehatan/226-Berpikir-Positif-Dapat-Meningkatkan-Kesehatan.
(diakses jam 11.15 hari sabtu,05 Maret 2012)
Hepcore,
Optimis Kunci Meraih Sukses, (Online), Tersedia: http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1958526-optimis-kunci-meraih-sukses/.
(Diakses jam 11.30 hari Sabtu, 05 Maret 2012).
[1] Karno
Raditya, Optimis Boleh, Tapi Jangan Takabur, (Online), Tersedia: http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Optimis+Boleh,+Tapi+Jangan+Takabur!&dn=20090626164543.
(diakses jam 11.00 hari sabtu, 5 maret 2012)
[2]Ghufron, M.
Nur dan Rini Risnawati S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta:
Ar- Ruaa Media. Hal. 96-97
[6] Kumpulan
Info Artikel Kesehatan, Sikap Optimisme Dapat Meningkatkan Kesehatan,
(Online), Tersedia : http://Kumpulan.Info/Sehat/Artikel-Kesehatan/48-Artikel-Kesehatan/226-Berpikir-Positif-Dapat-Meningkatkan-Kesehatan.
(diakses jam 11.15 hari sabtu,05 Maret 2012)
[8] Hepcore,
Optimis Kunci Meraih Sukses, (Online), Tersedia: http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1958526-optimis-kunci-meraih-sukses/. (Diakses
jam 11.30 hari Sabtu, 05 Maret 2012).
Komentar
Posting Komentar