MAKALAH
PENDIDIKAN KARAKTER
NAMA: NPM:
IDO
SETYAWAN 1211010083
Jurusan:Pendidikan
Agama Islam (PAI)
Semester: IV (Empat)
Mata Kuliah:Pemikirian Pendidikan
Islam
Dosen:
JUNAIDAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
2014
KATA
PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kita panjatkan
kepada ilahi Robbi hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penilis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “ PENDIDIKAN
KARAKTER”
Sholawat serta salam tak lupa kita panjatkan kepada motivator
sepanjang jaman dan junjungan kita yaitu nabi Muhammad SAW, dan para Sahabatnya
dan umatnya yang semoga diyaumil akhir kelak mendapat syafaat, Amin.
Tidak lupa juga penulis ucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak dengan kerendahan hati telah membantu
menyelesaikan makalah ini. akhirnya kepada Allah jualah penulis serahkan,
sehingga mereka yang berjasa, membantu dapat dalam menyusun makalah ini
mendapat balasan yang setimpal diakhirat kelak.
Penulis sangat menyadari bahwa
banyak kekurangan serta keterbatasan yang jauh dari kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami penulis khusus dan
umumnya untuk kita semua.
Bandar lampung, 08-Oktober-2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ ........ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ....... ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................. ...... iii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................ ....... 1
A. latar
belakang masalah.................................................................................... ....... 1
B. rumusan
masalah............................................................................................ ....... 2
C. tujuan
laporan makalah................................................................................... ....... 2
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................................... ....... 2
A. PENGERTIAN
PENDIDIKAN KARAKTER............................................ ....... 3
B. PENERAPAN
KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN 6
C. NILAI-NILAI
PEMBELAJARAN KARAKTER....................................... ....... 7
D. BENTUK-BENTUK
PEMBELAJARAN KARAKTER DIMULAI.......... ..... 11
E. DASAR
PENERAPAN PENDIDIKAN BERKARAKTER ..................... ..... 12
F. DAMPAK
DARI PENERAPAN KARAKTER................................................ 15
BAB III PENUTUP.................................................................................................. ..... 17
A. KESIMPULAN............................................................................................. ..... 17
B. SARAN.......................................................................................................... ..... 17
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................... ..... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Saat ini pendidikan karakter
baik di sekolah maupun di lingkungan rumah anak sangat kurang. Hal ini dapat
sangat dirasakan dengan semakin banyaknya pejabat yang melakukan korupsi, para
siswa dan mahasiswa yang selalu menyontek saat ujian, pelanggaran peraturan
saat berlalu lintas dan lain-lain. Kondisi ini di perparah lagi ketika para
pendidik seperti guru maupun dosen yang mengijinkan contek-menyontek
berlangsung serta lemahnya hukum di negara kita.
Pendidikan karakter sebaiknya
di tanamkan dalam diri anak pada usia dini. Karena sesuatu yang sudah di
biasakan mulai dari kecil, akan menjadi penentu sikap anak kelak supaya tidak
ikut-ikutan gaya atau tindakan yang berbau negatif dan memiliki sifat kejujuran
serta budi pekerti yang luhur.
UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa
Pendidikan Nasional Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negera yang baik.
Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal
upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum
yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa
memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari
ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak
terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya
krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter
bangsa. Dalam pemberian pendidikan karakter bangsa di sekolah, para pakar
berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang. Pertama, bahwa
pendidikan karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata
pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan karakter bangsa diberikan secara
terintegrasi dalam mata
pelajaran PKn, pendidikan
agama, dan mata pelajaran lain yang
relevan. Pendapat ketiga, pendidikan karakter bangsa terintegrasi ke dalam
semua mata pelajaran.
Menyikapi hal tersebut diatas, penulis lebih memilih
pada pendapat yang ketiga. Untuk itu dalam makalah ini penulis mengambil judul
"pendidikan karakter".
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah yang dimaksud dengan pendidikan berkarater?
2.
Bagaimana penerapan konsep pendidikan karakter dalam
pembelajaran dikelas?
3.
Apa saja nilai-nilai pembelajaran pendidikan
berkarakter sesuai dengan leluruh bangsa
indonesia ?
4.
Bentuk-Bentuk
Pembelajaran Terpadu Yang Bekarakter ?
5.
Dimanakah seharusnya dasar penerapan pendidikan
berkarakter di mulai?
6.
Apa dampak yang dapat dari penerapkan pembelajaran
berkrakter?
C.
TUJUAN
1. untuk mengetahui pengertian pendidikan berkarakter
2. untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan pendidikan
berkarakter sesuai dengan nilai leluhur bangsa indonesia
D.
BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah dari
makalah pendidikan berkarakter yang berjudul
“MENERAPKAN SISTIM
AJAR DAN DIDIK YANG BERKARAKTER SESUAI DENGAN NILAI LUHUR BANGSA INDONESIA” .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PENDIDIKAN BERKARAKTER
Pendidikan Karakter merupakan suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut,
baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas
atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan
ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik
pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang
menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan
penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan
baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan
dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada
tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan
internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
B.
PENERAPAN KONSEP PENDIDIKAN
KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN DIKELAS
Secara akademik,
pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa
yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati.
Dalam
konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, diyakini
bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi
tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang.
Secara mikro
pengembangan nilai/karakter dapat dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan
belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah
(school culture); kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler, serta
kegiatan keseharian di rumah, dan dalam masyarakat.
Dalam kegiatan
belajar-mengajar di kelas pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran (embeded
approach). Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa menggunakan
pendekatan proses belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak,
dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat .
Di Kelas dilaksanakan
melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang
khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan
belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan
karakter bangsa. Meski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu
seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, dan gemar membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar
yang biasa dilakukan guru. Untuk pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli
sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya
pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan
perilaku yang menunjukkan nilai tersebut.
Contoh dalam tujuan
pembelajaran dikelas, siswa dapat :
Memperbesar dan memperkecil peta dengan bantuan
garis-garis koordinat bersama-sama dengan teliti/ cermat. Menjelaskan
pemanfaatan peta dengan penuh percaya diri.
C.
NILAI-NILAI PEMBELAJARAN
BERKARAKTER
Jenis-jenis nilai
karakter yang dapat ditanamkan kepada peserta didik di kelas yaitu :
A.
Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Diri Sendiri:
a. Jujur
b. Bertanggung jawab
c. Hidup sehat
d. Disiplin
e. Kerja Keras
f. Percaya Diri
g. Berjiwa Wira usaha
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif
i.
Mandiri
j.
Ingin tahu
k. Cinta Ilmu
B.
Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Sesama:
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
b. Patuh pada aturan-aturan sosial
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain
d. Santun
e. Demokratis
C.
Nilai karakter dalam hubungannya
dengan Kebangsaan:
a. Nasionalis
b. Menghargai Keberagaman
D.
Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan:
a. Peduli Sosial dan Lingkungan [1]
E.
Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Tuhan:
a. Religius
b. taqwa
D.
BENTUK-BENTUK
PEMBELAJARAN TERPADU YANG BEKARAKTER
Menurut Cohen dalam Degeng (1989), terdapat tiga
kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang
dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu
(integrated curriculum), hari terpadu (integrated day),[2] dan
pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan
menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas
bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai
bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa
perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk
mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.
Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang
terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu
atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core/center of interst).
Lebih lanjut, model-model pembelajaran inovatif dan
terpadu yang mungkin dapat diadaptasi, seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang
berjudul Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut. [3]
a.
Fragmentasi
Dalam model ini, suatu
disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan merupakan suatu kawasan dari
suatu mata pelajaran
b.
Koneksi
Dalam model ini, dalam setiap
topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke konsep isi mata pelajaran
dihubungkan secara tegas
c.
Sarang
Dalam model ini, guru
mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan keterampilan khusus)
dari setiap mata pelajaran.
d.
Rangkaian/Urutan
Dalam model ini, topik atau
unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras dengan yang lain. Ide yang sama
diberikan dalam kegiatan yang sama sambil mengingatkan konsep-konsep yang
berbeda.
e.
Patungan
Dalam model ini, perencanaan
dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin yang konsep/gagasannya muncul
saling mengisi sebagai suatu sistem.
f.
Jala-jala
Dalam model ini, tema/topik
yang bercabang ditautkan ke dalam kurikulum. Dengan menggunakan tema itu,
pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat.
g.
Untaian Simpul
Dalam model ini, pendekatan
metakurikuler menjalin keterampilan berpikir, sosial, intelegensi, teknik, dan
keterampilan belajar melalui variasi disiplin.
h.
Integrasi
Dalam model ini, pendekatan
interdisipliner memasangkan antar mata pelajaran untuk saling mengisi dalam
topik dan konsep dengan beberapa tim guru dalam model integrasi riil.
i.
Peleburan
Dalam model ini, suatu
disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keahliannya, para pebelajar
menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu ke dalam pengalamannya.
j.
Jaringan
Dalam model ini, pebelajar
menjaring semua pembelajaran melalui pandangan keahliannya dan membuat jaringan
hubungan internal mengarah ke jaringan eksternal dari keahliannya yang
berkaitan dengan lapangan
E.
DASAR PENERAPAN PENDIDIKAN
KARAKTER DIMULAI
Pendidikan karakter yang
dicanangkan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan diterapkan pada
semua jenjang pendidikan, namun porsinya akan lebih besar diberikan pada
Sekolah Dasar (SD).
Menteri Pendidikan Nasional
(Mendiknas) Muhammad Nuh, di Medan, Sabtu, mengatakan, pendidikan karakter
harus dimulai sejak dini yakni dari jenjang pendidikan SD. Pada jenjang SD ini
porsinya mencapai 60 persen dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya.Hal
ini agar lebih mudah diajarkan dan melekat dijiwa anak-anak itu hingga kelak ia
dewasa.[4]
"Pendidikan karakter
harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak terbentuk sejak dini maka akan
susah untuk merubah karakter seseorang,"katanya saat menjadi pembicara
pada acara seminar nasional "Pendidikan Karakter Bangsa" yang
merupakan rangkaian acara rapat pimpinan Program Pasca Sarjana (PPs) Lembaga
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di Universitas Negeri
Medan (Unimed).
Ia mengatakan, pendidikan
karakter tidak mendapatkan porsi yang besar pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK)
atau sejenisnya karena TK bukan merupakan sekolah tetapi taman bermain.
"TK itu taman bermain
untuk merangsang kreativitas anak, bukan tempat belajar. Jadi jika ada guru TK
yang memberikan tugas atau PR maka itu guru kurang kerjaan dan tak paham
tugasnya," katanya. Menurut dia, dalam menanamkan
karakter pada seseorang yang paling penting adalah kejujuran karena kejujuran
bersifat universal. Dalam hal ini siswa SD yang masih belum terkontaminasi
dengan sifat yang kurang baik sangat memungkinkan untuk ditanamkan sifat-sifat
atau karakter untuk membangun bangsa.Untuk itu, selain orang tua, guru SD juga
mempunyai peranan yang sangat vital untuk menempah karakter siswa.
"Pembinaan karakter yang
termudah dilakukan adalah ketika anak-anak masih duduk di bangku SD. Itulah
sebabnya kita memprioritaskan pendidikan karakter di tingkat SD. Bukan berarti
pada jenjang pendidikan lainnya tidak mendapat perhatian namun porsinya saja
yang berbeda," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan,
dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi
pembangunan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan
berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan
norma-norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Pembangunan karakter dan
pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya
menjadikan peserta didik menjadi cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan
santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik
bagi dirinya maupun orang lain.
"Intinya pembinaan
karakter harus dilakukan pada semua tingkat pendidikan hingga Perguruan Tinggi
(PT) karena PT harus mampu berperan sebagai mesin informasi yang membawa bangsa
ini menjadi bangsa yang cerdas, santun, sejahtera dan bermartabat serta mampu
bersaing dengan bangsa manapun," katanya.
Pada kesempatan itu, Mendiknas
Muhammad Nuh juga diberikan sebuah buku yang berjudul" Pendidikan Karakter
Dalam Pembangunan Bangsa" setebal 200 halaman yang di susun oleh pimpinan
atau direktur PPs LPTK se-Indonesia sebagai salah satu hasil rapim PPs LPTK
se-Indonesia tahun lalu.
Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap
mata pelajaran dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama:
Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun, disiplin,
tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman,
patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban,
kerja keras, dan adil.
2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis,
patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, mengahargai keragaman, sadar akan
hak dan kewajiban diri dan orang lain.
3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis,
kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun,
nasionalis.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis,
menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli
sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras.
5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir
logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri,
menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli
lingkungan, cinta ilmu
6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman,
santun, percaya diri, mandiri, bekerja sama, patuh pada aturan sosial
7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman,
nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis
8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja
keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, mengahrgai karya dan prestasi
orang lain
9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang
lain.
10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan,
menghargai karya orang lain, nasional, peduli.
Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama
tersebut dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi.
1. Eksplorasi,
antara lain dengan cara:
1. Melibatkan
peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi
yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam terbuka jadi guru dan peserta
didik belajar dari aneka sumber
(contoh nilai yang ditanamkan:
mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
2. Menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain
(contoh nilai yang ditanamkan:
kreatif, kerja keras)
3.
Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik
serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya
(contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling
menghargai, peduli lingkungan)
4.
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran
(contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri,
mandiri)
5.
Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan
(contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama,
kerja keras
2. Elaborasi,
nilai-nilai yang dapat ditanamkan antara lain:
1. Membiasakan
peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu
yang bermakna
(contoh nilai yang ditanamkan: cinta
ilmu, kreatif, logis)
2.
Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis
(contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
(contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3.
Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut
(contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri,
kritis)
4.
Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif
(contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling
menghargai, tanggung jawab)
5.
Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat
untuk meningkatkan prestasi belajar
(contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja
keras, menghargai)
6.
Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok
(contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung
jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7.
Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil
kerja individual maupun kelompok
(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama)
8.
Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran,
turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan
(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama)
9.
Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik
(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama)
3. konfirmasi. nilai-nilainya antara lain:
1.
Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta
didik
(contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai,
percaya diri, santun, kritis, logis)
2.
Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber
(contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis,
kritis)
3.
Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
(contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan
kekurangan)
4.
Memfasilitasi peserta didik untuk lebih
jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain
dengan guru yang berfungsi sebagai Narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa
yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun)
5.
Membantu menyelesaikan masalah
(contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
6.
Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis)
7.
Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh
(contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu)
8.
Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif
(contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
Penanaman nilai diatas yang nantinya diharapkan
akan menjadikan peserta didik menjadi lebih berkarakter.
F. DAMPAK DARI PENERAPAN PENDIDIKAN BERKARAKTER
Saat ini mulai marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter.
Tetapi yang masih umum diterapkan mengenai pendidikan karakter ini masih pada
taraf jenjang pendidikan pra sekolah (taman bermain dan taman kanak-kanak).
sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih sangat-sangat jarang
sekali. kurikulum pendidikan di Indonesia masih belum menyentuh aspek karakter
ini, meskipun ada pelajaran pancasila, kewarganegaraan dan semisalnya, tapi itu
masih sebatas teori dan tidak dalam tataran aplikatif. Padahal jika Indonesia
ingin memperbaiki mutu SDM dan segera bangkit dari ketinggalannya, maka
indonesia harus merombak istem pendidikan yang ada saat ini.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya sebenarnya apa sih
dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian
bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan
penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator,
yang diterbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam buletin tersebut
diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri-
St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi
akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas
yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan
penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat
keberhasilan akademik.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti
plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka
pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan
secara sistematis dan berkelanjutan.
Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi
cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan
anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil
dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis.
Sebuah buku yang baru terbit berjudul Emotional Intelligence
and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil
penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan
di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan
anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak
pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan
bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan
kemampuan berkomunikasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang
keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh
kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).
Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami
kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang
bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak
ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang
berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari
masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran,
narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.
Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan,
walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang
anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut
akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih
mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.
Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak
orang tua yang gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya entah karena
kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua
dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun
masalahnya, kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek
kecerdasan otak, dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi
pekerti menjadi bahan pembicaraan ramai. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum
pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen
otak-otak terbaik. Artinya sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak
dapat mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usia dini,
sebagian besar anak-anak akan merasa “bodoh” karena kesulitan menyesuaikan
dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi dengan adanya sistem ranking yang
telah “memvonis” anak-anak yang tidak masuk “10 besar”, sebagai anak yang
kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya berpengaruh negatif terhadap usaha
membangun karakter, dimana sejak dini anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa
percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang berkepanjangan yang akan membentuk
pribadi yang tidak percaya diri, akan menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia
remaja biasanya keadaan ini akan mendorong remaja berperilaku negatif. Maka,
tidak heran kalau kita lihat perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat
kriminalitas, putus sekolah, dan menurunnya mutu lulusan SMP dan SMU.
Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus
adalah suatu yang urgent untuk dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan
mutu lulusan SD, SMP dan SMU, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang
sia-sia. Kami ingin mengutip kata-kata bijak dari pemikir besar dunia.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendidikan karakter sangat penting diterapkan demi
mengembalikan karakter bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur. Dengan
dilaksanakannya pendidikan karakter di sekolah dasar, diharapkan dapat menjadi
solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah dapat dilaksanakan pada ranah pembelajaran
(kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan
belajar, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan
keseharian di rumah dan di masyarakat.
B.
SARAN
Sebaiknya para orang tua, para
pendidik dan pemerintah lebih menerapkan pendidikan karakter kepada para anak
atau anak didiknya agar mereka menjadi generasi yang mempunyai akhlak yang
baik,baik di lingkungan masyarakat maupun keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mariyanan,
rita at al. 2010. Pengelolaan
lingkungan belajar. Jakarta: kencana prenada media group.
2. Asmani,
jamal ma’mur. 2012. Tips menjadi guru
inspiratif, kreatif dan inovatif. Yogyakarta: DIVA press.
7. http://infobuatkita.wordpress.com/pendidikan-4/upaya-mendisiplinkan-siswa-melalui-pendidikan-karakter/
Komentar
Posting Komentar